Saturday, September 09, 2006

Sahabat Yang Selalu Ada by Afifa

Sore ini, Ranti sedang berada di rumah Lisa, mereka sedang mengerjakan PR di rumah Lisa, Ranti bertanya pada Lisa tentang PR yang mereka kerjakan, ”Lis, nih nomor… nomor empat kayak gimana sih, Lis” Lisa memberitahukan caranya, ”Nih gini loh, dikali habis itu dibagi..” Ranti tidak puas kalau hanya diberitahu caranya saja, maka ia meminta Lisa memberitahukan jawabannya, ”Lis, gak ngerti, kan kamu tau kalo aku gak pinter kayak kamu!” kata Ranti memelas. Lisa menggelengkan kepala, ia hanya diam, lalu berkata, ”Nti, aku gak bisa kasih tau jawabannya, kamu harus berpikir dong, bangga loh kalo dapet nilai bagus atas perjuangan sendiri!” kata Lisa bangga.

Ranti hanya berpikir, ”Dasar jilbaber, mentang-mentang ‘alim, gak mau kasih tau! Ya udah, nyontek aja!” Ranti mulai melancarkan jurus menconteknya, ketika Lisa mengambil minuman ke dapur. Lisa tidak mengetahui bahwa Ranti menyontek.

Di sekolah, PR mulai diperiksa oleh guru, sempat terkejut, ”Ranti… bagus, bagus, PRmu benar semua!” kata guru. Ranti tersenyum malu, dalam hatinya ada rasa sesal karena dia menyontek.

Istirahat dimulai, ”Lis, tolong beliin mie ayam ke kantin ya! Gue ada janji pentiiing! Nih uangnya! Kembaliannya buat kamu!!!” kata Ranti dengan teriak. Lisa sempat menolak, ”Jangan deh! Aku mau ke perpus bareng……” Ranti memotong pembicaraan Lisa, ”Alaaah! Urusanku lebih penting, kan nanti pulang bisa….!” Lisa pasrah, “Hmmm, ya udah, mana uangnya?” Lisa menyodorkan tangannya.
Ranti bertemu dengan teman-teman lainnya, di dekat toilet, Ranti berkata, “Nira, mana?” Nira menyodorkan sebuah bungkusan yang berisi narkoba, “Gak ada siapa-siapa kan?” tanya Nira. Ranti mengambil bungkusan itu dan langsung membukanya.

Tak sengaja Lisa yang sedang mencari Ranti melihat perbuatan Ranti, Lisa tahu bahwa bungkusan itu narkoba, dia menjadi gemetar karena syok “Ranti ini mienya…”, “PRAANG!!!”, mienya tak sengaja jatuh, dan piringnya pecah. Ranti kaget mendengar suara piring pecah dan buru-buru menyembunyikan bungkusan itu. Dilihatnya Lisa sedang membereskan mie yang tumpah, “Lis, Lisa… Ngapain kamu?” Ranti berusaha agar tidak ketahuan oleh Lisa, “Mienya gak usah, gak pa-pa!” Lisa langsung berkata, ”Kamu make, ya?” Ranti langsung memucat, “Lis… Jangan ngomong sama siapa-siapa! Janji loh! Please! Ya?” Ranti memohon. Lisa diam, Ranti dan temannya meninggalkan Lisa sendiri. Lisa berpikir, “Ranti make narkoba, sahabatku make narkoba!!! Nggak nyangka aku, aku bingung harus ngomong ke guru, atau nyimpen rahasia demi Ranti? Duh! Bingung!”.

Saat istirahat selesai, Lisa kembali ke kelas, ia belum melihat Ranti, tapi ia melihat Nira sudah kembali, “Nir, mana Ranti?” Lisa bertanya. Nira hanya berkata, “Gak tau tuh! Tadi kita berpisah di depan aula!” Nira hanya berkata seperti itu, dan duduk di bangkunya.

Saat pelajaran dimulai, Ranti belum juga masuk ke kelas, Lisa menjadi gelisah lalu di minta ijin ke toilet kepada gurunya, untuk mencari Ranti, saat di toilet, ia menemukan Ranti dalam keadaan pingsan tergeletak di lantai, “Ranti!!! Kamu kenapa? Ranti, Ranti!” Lisa berusaha membangunkan Ranti. Sambil menangis dan berteriak Lisa berlari ke kelas memberitahu kepada gurunya. Gurunya langsung menelpon orangtua Ranti, dan Ranti segera dibawa ke rumah sakit.

Di rumah sakit, Ranti diberi pertolongan oleh dokter, Lisa ikut bersama orangtua Ranti. Setelah diberi pertolongan, Ranti harus menginap di rumah sakit, karena dia overdosis dan darahnya harus dibersihkan dari narkoba. Orang tua Ranti sedih sekali dan berdoa semoga Ranti dapat segera sembuh dan berhenti memakai narkoba.

Setelah beberapa hari dirawat, Ranti sudah boleh keluar dari rumah sakit dan kembali bersekolah. Di sekolah, Ranti berkata pada Lisa, “Gue menyesal sudah membuat ortu gue sedih … Gue salah pilih teman, kenapa gue mau diajak yang nggak bener sama Nira, lebih baik dengan kamu Lis, kamu pinter, make jilbab dan lain-lain, kan kata orang kalo temenan sama tukang sampah, kita kena bau sampahnya, kalo temenan sama tukang minyak wangi, jadi wanginya juga, dong!” kata Ranti bangga, ”Kamu udah banyak belajar! Bagus!” Lisa bertepuk tangan. Akhirnya mereka bersahabat untuk selamanya.

No comments: